MEREKA JUGA SAUDARA KITA

>> Sabtu, 29 Agustus 2009

Yunus 4 : 1 - 11

Remaja yang dikasihi Tuhan,

Ada sebuah kasus : seorang siswa SMU bernama Mario selalu menjuarai kelas di salah satu SMU negeri di Bandung. Hanya saja, teman-temannya tidak suka dengan kondisi itu. Apalagi Mario hanya satu-satunya orang Kristen di kelas itu. Maka sikap tidak suka berubah menjadi sikap benci kepadanya. Berbagai usaha dilakukan teman-temannya untuk mendiskreditkannya, agar reputasi baiknya jatuh. Pernah ia dituduh mencuri; pernah juga Mario dikasari karena kesalah-pahaman. Situasi ini terus bertahan sampai mereka naik ke kelas 3. Rupanya Mario tidak tahan lagi diperlakukan demikian, sehingga ia pindah sekolah.

Seringkali kelompok-kelompok yang merasa dirinya berbeda dengan kelompok lain “membangun tembok” masing-masing untuk sekedar melindungi diri atau menekan pihak lain. Agama, suka bangsa, ideologia dsb sering dianggap sebagai tembok yang memisahkan antar kelompok masyarakat. Mengapa hal itu bisa terjadi ?

Tidak jarang, orang lebih memelihara persepsi negatif yang berkembang di sekitar kita. Persepsi negatif itu menjadi suatu cap, stigma terhadap kelompok lain, sehingga menghambat orang mengasihi sesama yang dianggap berbeda itu. Akibatnya, persepsi-persepsi negatif itu semakin menyulitkan persatuan kesatuan antar umat beragama.

Contoh : ada orang Kristen yang menyangka orang muslim sebagai kelompok ekstrimis, yang sering melakukan tindakan kekerasan terhadap agama lainnya; Atau umat Kristen disangka orang-orang islam melakukan kristenisasi atau kafir yang pantas disingkirkan.

Bagaimana sikap kita sebenarnya ? Mari kita belajar dari kisah Yunus, yang dipaparkan dalam bacaan kita kali ini.

Seperti yang kita ketahui, Yunus ditugaskan Tuhan untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang Niniwe, bahwa Tuhan akan segera memberikan penghukuman atas perilaku mereka yang menyimpang dari kehendak Tuhan. Semula Yunus takut, sebab orang-orang Niniwe lebih besar dan kuat darinya, bahkan konon terkenal kejam dan bengis. Dalam ketakutannya, ia melarikan diri ke Tarsis. Namun ia dilemparkan ke laut dan dimakan ikan besar. Akhirnya, ia mengerti bahwa tidak mungkin dapat lari dari Tuhan. Sekali Tuhan memilih, maka Tuhan tidak akan pernah melepaskannya. Akhirnya Yunus memenuhi perintah Tuhan itu…

Hanya saja, bersamaan dengan itu, sikap Tuhan berubah. Pasalnya, orang-orang Niniwe telah bertobat, sehingga Tuhan membatalkan hukuman kepada mereka. Rupanya, sikap Tuhan ini sulit dimengerti Yunus…. Bagi Yunus, mereka yang jahat dan berbuat dosa haruslah dihukum. Apalagi mereka berbeda dengannya, tidak beradab dan berdosa….Ya, Yunus merasa dipermainkan oleh Tuhan. Yunus merasa jengkel marah ! Ia berdoa kepada Tuhan demikian : “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku ? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.” (Yunus 4 : 2 – 3) Keinginan Yunus, orang-orang Niniwe tetap dihukum Tuhan. Mereka tidak pantas berada di dunia ini.

Mengapa sikap Yunus berbeda dengan sikap Tuhan ? Jika Yunus tetap mempertahankan persepsi negatif (cap/stigma) terhadap orang-orang Niniwe, lain halnya dengan Tuhan. Tuhan selalu terbuka bagi suatu perubahan. Jika orang-orang Niniwe bertobat, itu suatu kabar baik. Apalagi, Tuhan mengasihi semua ciptaan-Nya tanpa kecuali, tanpa membedakan latar-belakang ras, suku, kebiasaan, budaya bahkan agama atau kepercayaan mereka. 

Tuhan pun menghendaki semua ciptaan-Nya memahami, bahwa mereka adalah “saudara” yang diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa-Nya. Dengan demikian, Tuhan mengajar kita untuk menghargai, menghormati dan mampu bekerjasama dengan sesama yang berbeda untuk membangun dunia ini agar tercipta damai sejahtera bagi seluruh umat…..

Konflik yang terjadi akhir-akhir ini telah memberi coreng kepada muka kemanusiaan. Orang hanya berpikir, bahwa dirinyalah yang ada di dalam dunia. Mereka yang berbeda haruslah dihukum dan dianiaya. Sikap ini tidak terpuji, apalagi dikehendaki Tuhan.

Bagaimana kita mewujudkan hidup bersama dan perdamaian dengan mereka yang berbeda dengan kita ?

Sikap yang akan dilakukan :

(1). Tetaplah melihat sisi manusianya, dan bukan perbedaannya.
(2). Membantu mereka sekalipun mereka berbeda dengan kita.

Sikap yang tidak akan dilakukan :
(1). Melecehkan, menghina dan memusuhi.
(2). Menarik diri dari pergaulan dengan mereka.



Nas Alkitab : Efesus 2 : 14 - 16
Berita Anugerah : Mazmur 78 : 38 – 39; Mazmur 103 : 2 - 5
Petunjuk Hidup Baru : Matius 5 : 22 – 25; Markus 9 : 50.

Read more...

About This Blog

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP