BEDA CINTA DAN KUPU-KUPU

>> Kamis, 10 September 2009

I Korintus 13 : 3 - 7

Apa bedanya cinta dengan kupu-kupu ? Mungkin pertanyaan ini aneh, sebab kita tokh sudah tahu bedanya. Namun tunggu dulu, kita patut untuk merenungkannya.

Kita mulai dengan sebuah ilustrasi, yang mungkin sudah kita tahu bersama :
Ada seorang pria, yang berada jauh dari kekasihnya dan ingin berkunjung setelah sekian lama tidak bertemu. Sesampainya di depan rumah kekasihnya, ia mengetuk pintu dan bertanya, “Adakah orang di dalam ?” Tidak ada jawaban. Beberapa saat kemudian terdengar suara, “siapa di luar ?” Dengan bangganya, si laki-laki itu menjawab, “Aku !” Namun kembali terdengar jawaban yang kali ini sangat mengejutkan, “Maaf, tempat ini tidak cukup untuk kau dan aku !”

Si laki-laki itu merasa ditolak dan menjadi sedih. Ia menjadi susah makan dan tidur. Berbulan-bulan lamanya ia merenungkan jawaban itu. Lalu, ia beranikan diri untuk kembali mengunjungi kekasihnya. Sesampainya di depan pintu rumah kekasihnya, ia mengetuk pintu dan berkata, “Adakah orang di dalam ?” Dari dalam rumah terdengar jawaban, “Siapakah di luar ?” Kini si laki-laki itu memberikan jawaban, “Kamu !” Kemudian pintu dibukakan dan mereka hidup bahagia……

Mengapa pada awalnya si laki-laki tidak disambut dengan baik ? Nah ini ada kaitannya antara pengertian cinta dan kupu-kupu.

Seperti yang biasa kita ketahui, cinta adalah sebuah perasaan, yang pada umumnya dicari karena indah dan mengasyikan. Ciri cinta, adalah sering berpusat pada diri sendiri. Misalnya : perasaan selalu ingin dimengerti, dipahami dan sebagainya. Oleh karenanya, cinta sering membuat orang menjadi egois dan selalu menuntut sesuatu dari pihak lain. Jika demikian, orang seringkali sulit menemukan “cinta sejati”. Ketika dicari dan diusahakan, selalu saja cinta sering kandas dan lepas di tengah jalan. Di sini pula, orang sering merasa kecewa dan putus-asa……

Suatu perbedaan yang mendasar ketika kita bicara soal kupu-kupu. Ia binatang yang cantik dan seakan-akan lemah. Ia sering dicari orang. Namun ketika orang berusaha untuk mengejar dan menangkapnya, kupu-kupu malah terbang tinggi dan selalu menghindar dari tangkapan orang. Namun menariknya, jika kita diam saja, maka kupu-kupu akan mendekat bahkan hinggap di diri kita.

Idealnya, dalam kehidupan pernikahan, cinta yang sejati adalah ibarat kupu-kupu. Tidak jarang, dalam sebuah pernikahan, orang mengalami kegagalan ketika ia berusaha mengejar cinta itu. Ia berusaha untuk selalu dimengerti dan dipahami. Apa jadinya ketika dua pribadi itu saling menuntut ? Tidak pernah bersinergi, tidak nyambung karena keduanya sama-sama egois. Akibatnya, dalam berbagai kasus dalam pernikahan, orang sampai pada kesimpulan, “Rasanya saya sudah tidak mencintainya lagi.” Mengapa ? Karena ia tidak mendapatkan apa yang diharapkan dan dituntut.

Paulus dengan bijak mendeskripsikan makna kasih yang seharusnya dimiliki setiap orang :
1. Ia lebih besar dari segala sesuatu di dunia ini, termasuk iman dan pengharapan. Mengapa ? Kasih merupakan landasan hubungan yang intim antara Allah dengan kita dan manusia dengan manusia. Besarnya makna kasih bukan karena ia merupakan rumusan yang enak didengar, tetapi ia merupakan wujud tindakan nyata untuk setiap relasi yang baik. Paulus memberikan gambaran ekstrim. “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.” Bentuk tindakan pengorbanan sehebat apapun, bila tidak ada kasih, maka semuanya akan sia-sia…. Mengapa ?

2. Itu makna yang kedua, bahwa kasih tidak pernah menuntut pihak lain, melainkan menuntut dirinya sendiri melakukan yang terbaik. Ia tidak berpusat pada dirinya sendiri, tetapi berpusat pada pihak lain. Karena inilah, Yesus berkorban untuk kita. Ia bersedia menerima semua bentuk penderitaan yang sehebat apapun karena melihat diri manusia yang perlu mendapatkan kasih-Nya….

3. Tidak hanya itu. Bentuk kasih juga sampai pada sikap mengcover kekurangan pihak lain untuk harapan ke depan yang jauh lebih baik. Pernikahan itu tidak bersifat sesaat. Pernikahan adalah proses panjang dua insan untuk saling mengenal diri masing-masing, dan bersamaan dengan itu berusaha untuk saling memberikan hidupnya. Karena sebuah proses, maka perjalanan yang panjang tidak jarang menjadi fakta yang memberatkan ketika berbagai persoalan muncul (pihak ketiga, pengenalan diri, ekonomi dan sebagainya). Apa yang dapat mempertahankan pernikahan ? Tidak lain jawabannya adalah KASIH…..

0 komentar:

About This Blog

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP