RINDU INGIN PULANG

>> Jumat, 11 September 2009

“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair,
demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
Bilakah aku boleh datang melihat Allah ?”
(Mazmur 42 : 2 dan 3b).

Sidang perkabungan yang dikasihi dan yang mengasihi Tuhan Yesus,
Kerinduan ingin kembali kepada Allah adalah hal yang seringkali muncul dalam benak sebagian orang. Misalnya saja :
• Sekitar tahun 1990, Oma saya yang telah berusia 85 tahun pernah bertanya, “Kapan ya, saya dipanggil oleh Tuhan ?” Pertanyaan itu tidak pernah saya jawab. Namun 8 tahun kemudian, yakni bulan Nopember 1998, pertanyaan itu terjawab dengan sendirinya ketika Oma menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah berdoa dan mendengarkan Mazmur yang dibacakan oleh cicitnya.

• Begitu juga ketika beberapa Oma datang ke pastori sekian bulan yang lalu, mereka menanyakan hal yang sama, “Kapankah saya dipanggil oleh Tuhan ?”
Saya menangkap, bahwa kerinduan seperti itu merupakan kerinduan yang wajar dan manusiawi, sebab kerinduan seperti itu dimiliki oleh mereka yang sudah lanjut usia maupun mereka yang masih muda. Dan untuk menjawab kapan hal itu bakal terjadi, mungkin orang hanya bisa menduga-duga saja kapan hal itu terjadi, tetapi tidak ada seorangpun yang bisa menentukan dengan tepat waktu terjadinya. Sebab, soal kematian kita adalah rahasia Allah yang sulit ditembus oleh pengetahuan apapun. Kematian kita adalah hak prerogatif Allah… Bagian kita hanyalah bagaimana kita mengisi kehidupan ini di dalam terang kasih Allah.

Namun hal penting dalam hal kerinduan itu adalah mengapa kita sampai merindukan hal demikian ? Apa yang menjadi latar belakang sehingga kerinduan itu muncul dalam diri kita ? Jawaban atas pertanyaan itu bermacam-macam sesuai dengan bagaimana kita memahami hidup ini.

• Bagi sementara orang, kerinduan untuk segera kembali kepada Allah disebabkan rasa kecewanya atas hidup yang dijalaninya. Ia merasa dirinya telah gagal dan tidak berarti lagi. Setiap apa yang dilakukannya dianggapnya sia-sia belaka. Dunia ini hanya berisi penderitaan dan kesusahan belaka, sehingga orang yang berpikir demikian tidak sekedar merindukan kematian. Orang yang merasa kecewa atas hidupnya tidak jarang mengambil jalan pintas, yang dianggapnya sebagai langkah yang tepat.

• Bagi sementara orang, kerinduan itu muncul karena ia merasa telah menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya di dunia ini. Kerinduan itu muncul karena ia sendiri telah siap untuk menghadap Allah, dan bilamana Allah memanggilnya, ia tidak merasa takut ataupun gentar. Sikap ini jelas sangat berbeda dengan sikap di atas. Sikap ini merupakan sikap orang-orang yang tidak pernah melupakan kehidupannya yang harus diisi dengan hal-hal yang berkenan dengan kehendak Allah; dan ia sendiri tetap menganggap hidup ini tetap berarti, sehingga sekalipun banyak hal yang menimpanya ia tetap memiliki semangat karena keyakinannya yang kuat kepada Allah.

Bacaan kita saat ini, merupakan nyanyian kerinduan Bani Korah (keturunan Esau yang bergabung dengan bangsa Yahudi, yang kemudian terhitung di antara kaum Lewi) atas hadirat Allah. Di tengah-tengah pergumulan karena penindasan dan olok-olok yang dilakukan bangsa kafir, mereka tidak merasa kecewa ataupun takut atas hidup yang dialaminya. Sebaliknya, mereka merasa bersyukur karena Tuhan yang diyakininya itu tetap menolong dan memberikan kekuatan kepadanya. Dalam kegelisahan dan kesesakan, mereka berseru : “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku dan gelisah di dalam diriku ?” (Mazmur 42 : 6a). Namun merekapun punya keyakinan kuat, demikian : “Berharaplah kepada Allah ! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku !” (Mazmur 42 : 6b).

Pengharapan yang begitu besar itu hanya dapat muncul bila orang memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah. Dan itu merupakan pegangan hidup mereka. Mereka meyakini, bahwa Allah merupakan sumber kehidupannya. Kerinduan mereka akan hadirat Allah tidak didasari oleh rasa kecewa atau takutnya pada hidup ini, sekalipun hidup mereka sarat dengan penderitaan karena ulah-ulah yang dilakukan bangsa kafir. Kerinduan mereka itu muncul karena keyakinan yang sungguh-sungguh bahwa, Tuhan tidak meninggalkan mereka, seperti yang ia alami sendiri sepanjang kehidupannya. Dan kerinduan itu digambarkan seperti rusa yang merindukan sungai yang berair.

0 komentar:

About This Blog

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP